Menangkarkan Robin Si Kecil

Menangkarkan robin si kecil 

 

Robin si burung kecil penuh warna yang gampang perawatannya ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang memilikinya, mungkin alasannya ingin bernostalgia dengan tahun tahun kejayaan burung ini sewaktu masih merajai pasar pasar burung dengan harga yang murah meriah. tidak jauh berbeda dengan sepupunya Silver eaered mesia atau robin pancawarna, kedua jenis burung ini sekarang semakin sulit didapatkan. Kedua spesis ini sanggup ditemukan di himalaya, Burma, Thailand, China selatan dan timur, Kampuchea, Vietnam dan Laos sedangkan untuk robin pancawarna habitatnya di wilayah Malaysia dan Sumatera.

Untuk meramaikan lagi keberadaan burung burung yang lincah dan banyaomong ini, mari kita mulai dengan menangkarkannya supaya burung ini menjadi terkenal kembali menyerupai halnya beberapa tahun yang lalu.

  si burung kecil penuh warna yang gampang perawatannya ini mempunyai daya  tarik tersendiri  Menangkarkan robin si kecil Sebelum menangkarkannya terlebih dahulu kita musti yakin kalau robin yang kita miliki atau akan dibeli tersebut berjenis kelamin jantan dan betina, alasannya biarpun perbedaan jenis kelamin burung ini bersifat visual, dimana jantan warnanya lebih terang, merah dan lebih berwarna dari burung betinanya, ada juga burung betina yang mempunyai warna dan bentuk yang menyerupai dengan burung jantan begitu juga ada burung jantan yang mempunyai warna kusam menyerupai halnya burung betina. yang membedakan yaitu kicauannya burung robin jantan akan berkicau variasi siulan dengan tempo yang cepat sementara burung betina hanya berkicau monoton dengan kicauan memanggil jantan ” ciak ..ciak..ciak ”
dan kalau sudah yakin bahwa burungnya sepasang berikutnya yaitu membangun sangkar penangkarannya.
Untuk sangkar penangkaran sanggup memakai sangkar penangkaran bekas muray kerikil atau kacer dengan menyediakan tanaman bersulur dan juga tanaman dengan banyak ranting atau dahan alasannya burung robin termasuk burung yang lincah dan aktif bergerak.
  si burung kecil penuh warna yang gampang perawatannya ini mempunyai daya  tarik tersendiri  Menangkarkan robin si kecil
Bentuk sangkar penangkaran robin menyerupai dalam artikel di http://pekinrobin.ca
masukan burung robin jantan dan betinanya ke dalam sangkar tersebut dan biarkan alam yang mengatur perjodohan dan perkawinannya, alasannya burung robin biasanya sangat gampang ditangkarkan selama tidak ada pasangan lain , burung jantan ataupun betina lain dalam satu sangkar jadi harus satu pasang saja alasannya robin termasuk burung yang menjaga teritorialnya jadi akan sabung jikalau melihat ada burung homogen masuk ke kawasan kekuasaannya.
Membuat sarang
Bahan untuk menciptakan sarang sanggup terdiri dari :
  si burung kecil penuh warna yang gampang perawatannya ini mempunyai daya  tarik tersendiri  Menangkarkan robin si kecil
materi untuk sarang
  1. beberapa lembar tali rafia
  2. serat kelapa
  3. serat nanas
  4. sarang yang sudah dalam bentuk jadi
  5. kawat tali untuk menciptakan penopang sarangnya
Kawat tali di bentuk melingkat sesuai dengan diameter dari sarang yang sudah jadi tersebut sekitar 4-5 inchlalu di balut dengan tali tafia hingga kawat tertutup semua hingga membentuk seperi keranjang, gres sehabis itu sarang mulai dimasukan dan digantung di tempat burung akan bersarang, sanggup di dahan yang rindang didalam sangkar penangkarannya , tapi harap diingat tempat menyimpan sarangnyapun harus tersembunyi, alasannya naluri alamiah dari burung ini yang kerap menyembunyikan sarangnya dari binatang hewan predator.
  si burung kecil penuh warna yang gampang perawatannya ini mempunyai daya  tarik tersendiri  Menangkarkan robin si kecil
Sarang burung robin menyerupai dalam artikel di http://pekinrobin.ca
Pemberian vitamin sangat diharapkan selama masa perjodohan, perkawinan hingga indukan meloloh anakannya. untuk itu diharapkan vitamin yang benar benar sanggup menunjukkan semua kebutuhannya menyerupai mineral, kalsium, nutrisi dll, menyerupai halnya Bird Mature yang sudah menjadi rekomendasi semua penangkar burung di Indonesia, untuk informasi bagaimana mendapat Bird Mature


Semoga Bermanfaat...................

 

Ternak Burung Kepodang Si Kuning

Ternak Burung Kepodang SI KUNING 

 bahkan menjadi maskot satwa Provinsi Jawa  Tengah  Ternak Burung Kepodang SI KUNING



Kepodang (Oriolus chinensis) merupakan burung kicauan yang cantik, bahkan menjadi maskot satwa Provinsi Jawa Tengah (ditetapkan di masa kepemimpinan Gubernur HM Ismail: 1983 - 1993). Meski demikian, burung ini juga dijumpai di sejumlah daerah Indonesia dengan beberapa nama lokal mirip bincarung (Sunda), gantialus (Sumatera), kunyit besar (Melayu), dan gulalahe (Sulawesi). Kicauannya merdu dan kencang, mirip alunan bunyi seruling. Sayangnya, kicauan merdu kepodang di hutan-hutan sekarang mulai menghilang.
Kepodang, si burung pesolek
Menghilangnya burung kepodang di hutan-hutan, terutama di Pulau Jawa, diduga akhir penangkapan, perburuan dengan senapan mimis, juga alasannya yaitu masih banyak masyarakat yang menjalankan tradisi dengan memakai kepodang sebagai salah satu bab dari ritual tersebut.
Popularitas burung kepodang di Jawa sering diungkap melalui lagu (lelagon), peribahasa (wangsalan dan panyandra), sampai karya puisi modern.
Kepodang bagi masyarakat Jawa Tengah dipahami sebagai sebutan bagi burung berwarna kuning, yang mengandung makna filosofis sebagai generasi muda, anak, keindahan, kekompakan, dan keserasian.
Karena filosofi keindahan itulah, kepodang sering dipakai sebagai salah satu bab dari ritual tujuh bulanan, dengan impian anak yang dikandung akan mempunyai keindahan, kecantikan, atau ketampanan mirip kepodang. Apalagi kepodang dikenal sebagai burung pesolek, yang selalu menjaga kebersihan bulu dan sarangnya.
Di beberapa daerah di Jawa Barat, kepodang juga dianggap sebagai burung penolak bala. Rumah yang di dalamnya ada burung kepodang diyakini sebagian masyarakat Sunda dapat terhindar dari marabahaya mirip kebakaran, kemalingan, diserang ilmu santet, dan sebagainya. Benar dan tidak mitos tersebut, wallahu a’lam bis-sawab.
Berbagai ritual dan mitos itu, sedikit atau kecil, nampaknya ikut memengaruhi maraknya agresi penangkapan terhadap burung kepodang di habitatnya. Meski IUCN Red List menempatkan burung kepodang dalam status Least Concern / LC (Risiko Rendah), fakta di lapangan berbicara lain: makin sulit menemukan kepodang di alam liar, khususnya di Jawa.
Habitat, perilaku, dan makanan
Burung kepodang termasuk dalam keluarga Oriolidae, dengan genus Oriolus, dan mempunyai 30 spesies di seluruh dunia. Hanya beberapa spesies yang dijumpai di Indonesia, contohnya burung kepodang emas, kepodang batu, dan kepodang kapur.
 bahkan menjadi maskot satwa Provinsi Jawa  Tengah  Ternak Burung Kepodang SI KUNING
Burung kepodang emas
 bahkan menjadi maskot satwa Provinsi Jawa  Tengah  Ternak Burung Kepodang SI KUNING
Burung kepodang batu
 bahkan menjadi maskot satwa Provinsi Jawa  Tengah  Ternak Burung Kepodang SI KUNING
Burung kepodang kapur
Dari ketiga jenis kepodang tersebut, yang paling banyak dipelihara dan dicari masyarakat untuk ritual mitoni yaitu kepodang emas. Karena itu, penangkaran terhadap burung ini dianjurkan untuk mengantisipasi makin menipisnya populasi kepodang emas di Tanah Jawa.
Di alam liar, burung kepodang hidup di hutan-hutan tropis dan beberapa spesies hidup di daerah subtropis mirip Asia Timur. Ada juga yang terlihat di daerah erat pantai, areal perkebunan, bahkan pekarangan rumah di pedesaan untuk mencari makan. Umumnya burung ini hidup berpasangan.
Wilayah persebarannya cukup luas, mulai dari daratan China, Asia Tengah (India, Bangladesh, dan Srilanka), sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di negeri kita, kepodang dapat dijumpai mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Di Jawa dan Bali, kepodang lebih sering berada di pepohonan pada dataran rendah.
Makanan utamanya yaitu buah dan serangga berukuran besar. Ada keunikan dari burung ini, yaitu sering menculik anakan burung kecil dari sarangnya untuk dimakan. Karena alasan itulah, kepodang sering diusir burung-burung lain pada ekspresi dominan berkembang biak.
Perawatan dan penangkaran kepodang
Perawatan kepodang bergotong-royong sama saja dengan burung pemakan buah dan serangga yang lain, terutama dari keluarga cica daun (leafbird) mirip cucak hijau. Silakan lihat kembali artikel perawatan harian burung cucak hijau di sini, sebagai acuan bagi Anda yang memelihara kepodang.
Meski tidak termasuk dalam daftar burung yang dilindungi di Indonesia, dan IUCN Red List masih menetapkannya dalam status Risiko Rendah, Om Kicau menyarankan kepada siapapun yang mempunyai kepodang di rumah untuk memulai perjuangan penangkaran.
Siapa tahu dapat menjadi bisnis sampingan (bahkan utama) bagi Anda, terkait dengan tradisi dan kepercayaan sebagian masyarakat Jawa dan Sunda mengenai burung ini. Selain itu, bukankah kepodang merupakan burung multifungsi, yang dapat dijadikan penyanyi di rumah, sekaligus sebagai burung hias yang indah dipandang mata.
Burung kepodang agak sulit dibedakan jenis kelaminnya, alasannya yaitu termasuk burung monomorfik (penampilan fisik hampir sama). Om Kicau sudah mengembangkan tabel dalam bentuk gambar di bawah ini, untuk memandu Anda dalam melaksanakan sexing terhadap burung kepodang.
 bahkan menjadi maskot satwa Provinsi Jawa  Tengah  Ternak Burung Kepodang SI KUNING
Sebagai gambaran, untuk menangkar burung kepodang diharapkan sangkar penangkaran yang luas dengan beberapa tenggeran / ranting, yang dilengkapi dengan tumbuhan alami maupun tumbuhan buatan yang rindang.
Wadah sarang diletakkan di sela-sela ranting tanaman, semoga suasananya ibarat habitat asli. Wadah sarang dapat terbuat dari rotan atau besek berbentuk cawan yang ditempatkan pada posisi yang agak tinggi.
Bahan sarang antara lain berupa rumput-rumputan, jerami, atau ranting kering. Apabila proses perkawinan berhasil, induk betina akan bertelur sebanyak 2 butir, dan akan dieraminya selama 17 – 21 hari. Setelah menetas, anakan akan dirawat bersama oleh induk betina dan induk jantan.

Semoga Bermanfaat


Sumber : http://omkicau.com/

+Pencegahan Supaya Burung Tidak Sakit

+PENCEGAHAN AGAR BURUNG TIDAK SAKIT

“Lebih baik mencegah daripada mengobati” yakni ungkapan yang juga berlaku di dalam dunia kesehatan burung. tJngkapan itu menjadi penting lantaran pengobatan pada burung lebih sulit daripada mamalia. Hal ini berkaitan dengan masih jarangnya penelitian mengenai kesehatan burung, terutama untuk burung liar, sehingga belum sanggup ditentukan jenis obat yang cocok dan takaran yang sempurna bagi setiap jenis burung. Oleh lantaran itu, ketentuan untuk pengobatan burung masih memakai ukuran standar yang berlaku pada ayam, yang proporsinya cukup berbeda dengan burung-burung peliharaan yang umumnya berasal dari alam liar. Secara umum, beberapa hal berikut perlu diperhatikan dalam perawatan dan kesehatan burung.
1. Burung harus dijauhkan dari kondisi-kondisi penyebab stres, contohnya populasi yang terlalu padat di dalam sangkar atau kemungkinan ada burung yang terlalu dominan.
2. Sangkar dijaga supaya tikus dan burung gereja tidak hingga masuk ke dalamnya. Oleh lantaran itu, ukuran kawat sangkar harus cukup rapat, spasi tidak lebih dari 2 cm.
3. Burung harus dihindarkan dari kondisi alam atau cuaca yang terlalu ekstrem, menyerupai kepanasan atau kedinginan.
4. Suplemen vitamin dan mineral harus diberikan secara teratur pada pakannya.
5. Kebersihan sangkar serta daerah pakan dan minum harus selalu terjaga.
6. Pakan yang diberikan harus dalam kondisi baik.
7. Kondisi burung diperiksa sekurang-kurangnya dua kali sehari, pada pagi dan sore hari.

.

+KASUS PENYAKIT UMUM SAAT INI DAN CARA PENANGANANNYA

+(1). BURUNG MAKAN BULU SENDIRI

Ada beberapa kemungkinan burung matukin bulu sendiri.
Perilaku mematuki bulu sendiri ada yang normal dan tidak normal.
1. Perilaku yang normal biasanya dilakukan sesudah mandi atau saat burung ingin mandi dalam rangka berhias diri dan merapikan bulu-bulunya. Bulu yang tidak sehat atau patah-patah biasanya secara naluriah akan dibuang burung dengan cara mencabutnya.
2. Perilaku yang tidak normal. Hal ini akan menyebabkan burung botak-botak lantaran berlebihan. Hal ini disebabkan banyak kemungkinan.
a. Anda menempatkan burung barangkali di daerah yang terlalu kering udaranya. Cobalah dua hari sekali terutama pada waktu udara panas, burung disirami air higienis dengan memakai hand sprayer. Semprotkanlah pada burung dan sekitar kurungannya, tetapi jangan hingga burung ketakutan. Kaprikornus penyemprotan dilakukan pelan-pelan dengan semprotan halus seperti air hujan sepoi-sepoi basah.
b. Mungkin burung tersebut kekurangan suatu macam vitamin dan mineral, juga mineral oil. Pemberian vitamin sanggup dilakukan dengan memasukkan ke dalam pakan atau air minum burung tergantung bentuk vitamin dan mineral yang diberikan.
c. Mungkin lantaran adanya ektoparasit, yaitu kutu mite dan flea. Untuk mengatasinya coba semprot dengan hati-hati memakai insketisida yang materi aktifnya pyrethrine.
d. Barangkali sangkar kurang ventilasi dan sinar matahari. Upayakan untuk memperbaiki ventilasi dan pemasukan sinar ultarviolet.
Nah itu yakni tanggapan seorang dokter hewan. Kalau saran saya, untuk vitamin dan mineralnya ya tentu saya sarankan BirdVit, atau BirdVina (produk gres Om Kicau yang belum dilaunching secara luas tetapi sudah terbukti dan teruji di lapangan).
BirdVina merupakan cairan yang berisis semua vitamin yang dibutuhkan burung sekaligus trace mineral.
Mengapa saya menyarankan produk itu?
1. Karena saya tahu persis kandungannya dan tidak menyebut produk lain lantaran saya tidak tahu kandungan persisnya.
2. Om Dwi, penangkar lovebird Jogja sukses memulihkan bulu2 LBnya yang makan bulu sendiri dengan terapi vitamin dan mineral sejenis.
Untuk obat semprot kutu dan ekstoparasit lainnya saya menyarankan memakai Fresh Aves. Mengapa? Karena kandungan zat aktif FreshAves yakni permethrine, yakni salah satu keluarga dari senyawa kimia pyrethrine (permethrine, it belongs to the family of synthetic chemicals called pyrethroids… wikipedia).
DAN SAYA BERANI MENJAMIN bahwa FreshAves tidak dicampur dengan removal biar obat gampang merasuk ke bulu burung, alasannya yakni removal terbukti melunturkan lapisan lilin/tanduk burung sehingga menciptakan bulu rusak.
Catatan:
Lakukan keseluruhan cara mengatasi problem bulu pada LB Anda (soal penempatan kandang, semprot, pertolongan vitamin-mineral dan pembasmian kutu dll) secara simultan. Dengan demikian sanggup dibutuhkan hasil yang maksimal.

+(8). Molting Atau Mabung Tidak Tuntas, Sulit Molting, Bulu Botak Tidak Segera Tumbuh

+(8). MOLTING ATAU MABUNG TIDAK TUNTAS, SULIT MOLTING, BULU BOTAK TIDAK SEGERA TUMBUH

Sulit mabung:
Jika burung Anda tidak segara mabung padahal seharusnya sudah terjadi, maka dapat diduga hal itu disebabkan burung kekurangan mineral untuk berlangsungnya proses molting secara wajar.
Untuk memulai proses molting (agar bulu segara rontok) Anda dapat memakai BirdMolt-Pre. PreMolt berisi 3 mineral esensial yang diharapkan untuk membuka pori-pori kulit di sekitar pangkal bulu sehingga bulu gampang terlepas.
Bulu sulit tumbuh atau botak:
Jika burung Anda botak setelah terkena serangan kutu (baik mite ataupun flea) atau lambat dalam pertumbuhan bulu, Anda dapat memakai BirdMolt-Post. BirdMolt-Post berisi multivitamin dan mineral yang membantu pembentukan metionin dan sistin yang sangat diharapkan untuk pertumbuhan bulu.

Artikel Ihwal Penyakit Burung

                        Penyakit Burung 

Sebagian besar penyebab kematian burung, berdasarkan Drh Dharmojono, eksklusif maupun tidak eksklusif disebabkan oleh malnutrisi (kekuranglengkapan gizi) dan stres. Banyak pemelihara memberi makan burungnya cukup banyak kadang malah berlebihan, tetapi mutunya rendah dan monoton sehingga sanggup terjadi defisiensi (kekurangan sesuatu zat nutrisi).
Drh Dharmojono yang berpengalaman sebagai konsultan permasalahan burung di Majalah Infovet tersebut menyampaikan stres pada burung sanggup disebabkan oleh buruknya higiene, perubahan-perubahan suhu yang cepat, atau stress berat baik fisik maupun psikis. Baik penyakit lantaran defisiensi zat nutrisi ataupun lantaran stres berjalan usang dan menyebabkan burung merana. Pada suatu dikala hingga kepada ambang batas kemampuan daya tahan tubuh, yang berdasarkan kita ditemukan “sekonyong-konyong mati” atau “mati mendadak”!
Karena naluri menghadapi evolusi satwa, burung berusaha menyembunyikan kelemahannnya. Bahkan, berdasarkan para pakar, burung yakni binatang yang paling arif menyembunyikan kelemahannya semoga selamat dari musuhnya atau yang lebih besar lengan berkuasa dalam kelompok-nya. Dalam keadaan sakit pun burung arif menyembunyikannya sehingga seperti sehat semoga musuhnya tidak berani menyerangnya. Namun demikian, apabila kita jeli dan teliti sekali mengamatinya mungkin kita sanggup mengetahui secara dini apakah burung itu sehat atau sakit.
Berikut yakni upaya untuk mengetahui status kesehatan burung. Burung yang tidak sehat menyampaikan ciri-ciri tertentu.
 Sebagian besar penyebab kematian burung Artikel Tentang Penyakit Burung
 Sebagian besar penyebab kematian burung Artikel Tentang Penyakit Burung


 Sebagian besar penyebab kematian burung Artikel Tentang Penyakit Burung Sebagian besar penyebab kematian burung Artikel Tentang Penyakit Burung Sebagian besar penyebab kematian burung Artikel Tentang Penyakit Burung

*>CIRI-CIRI BURUNG SAKIT

*>PENGENALAN PENYAKIT MELALUI FACES, URINE DAN URET

*>PENYAKIT BURUNG

 +PENCEGAHAN AGAR BURUNG TIDAK SAKIT

+(2) KAKI BERKERAK, BENGKAK KENA CACAR

+(3) BURUNG TIBA-TIBA LUMPUH

+(4) BURUNG TERKENA SNOT

+(5) BURUNG SERAK, KEHILANGAN SUARA KARENA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

(+6) BURUNG KURANG GACOR DAN KURANG POWER

 +(7) GANGGUAN REPRODUKSI: TIDAK SEGERA JODOH, TIDAK BERTELUR, TELUR GAGAL MENETAS

 +(8). MOLTING ATAU MABUNG TIDAK TUNTAS, SULIT MOLTING, BULU BOTAK TIDAK SEGERA TUMBUH


Klik Sesuai Keluhan Dan Semoga Bermanfaat .....






Budidaya Ternak Kelinci

                   Budidaya Ternak Kelinci

 wCEAAkGBxMTEhUTEhMWFhUXGBcbGBgXFxYYFhgWGBgYFxoYGBUYHSggGBsmHRcXITEiJSkrLi Budidaya Ternak Kelinci

Berikut ini yaitu serba-serbi budidaya ternak kelinci dimulai dengan sejarah singkat ternak kelinci, sentra  budidaya ternak kelinci, jenis-jenis ternak kelinci, manfaat ternak kelinci, persyaratan lokasi budidaya ternak kelinci,  fatwa teknis budidaya ternak kelinci, hama dan penyakit ternak kelinci dan lain-lain.

1. SEJARAH SINGKAT
Ternak ini semula binatang liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan semenjak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, materi pangan dan sebagai binatang percobaan. Hampir setiap negara di dunia mempunyai ternak kelinci alasannya yaitu kelinci mempunyai daya pembiasaan tubuh yang relatif tinggi sehingga bisa hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di kawasan dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga mengakibatkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut
trewelu dan sebagainya.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia masih terbatas kawasan tertentu dan belum menjadi pusat produksi/dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional.
3. JENIS
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Lepus, Orictolagus
Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.
Jenis yang umum diternakkan yaitu American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada bahwasanya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.
4. MANFAAT
Manfaat yang diambil dari kelinci yaitu bulu dan daging yang hingga ketika ini mulai laris keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih sanggup dimanfaatkan untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak.
5. PERSYARATAN LOKASI
Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, bunyi bising dan terlindung dari predator.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Yang perlu diperhatikan dalam perjuangan ternak kelinci yaitu persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.
  1. Penyiapan Sarana dan Perlengkapan
    Fungsi sangkar sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21° C, sirkulasi udara lancar, usang pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut kegunaan, sangkar kelinci dibedakan menjadi sangkar induk. Untuk induk/kelinci remaja atau induk dan anak-anaknya, sangkar jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi bantalan 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm.
    Menurut bentuknya sangkar kelinci dibagi menjadi:
    1. Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda.
    2. Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
    3. Kandang battery; menyerupai sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun piramid).
      Perlengkapan sangkar yang diharapkan yaitu tempat pakan dan minum yang tahan pecah dan gampang dibersihkan.
  2. Pembibitan
    Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara.
    1. Pemilihan bibit dan calon induk
      Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot tubuh dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu terang menentukan bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak gampang nervous, tidak cacat, mata higienis dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak.
    2. Perawatan Bibit dan calon induk
      Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh alasannya yaitu itu perawatan utama yang perlu perhatian yaitu pertolongan pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi sangkar yang baik serta mencegah sangkar dari gangguan luar.
    3. Sistem Pemuliabiakan
      Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
      1. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik contohnya bulu, proporsi daging.
      2. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapat keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul.
      3. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis gres yang diharapkan mempunyai penampilan yang merupakan
        perpaduan 2 keunggulan bibit.
    4. Reproduksi dan Perkawinan
      Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai remaja pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore
      hari di sangkar pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, sehabis itu pejantan dipisahkan.
    5. Proses Kelahiran
      Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci sanggup dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari sehabis perkawinan, jikalau terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke sangkar beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.
  3. Pemeliharaan
    1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering supaya tidak jadi sarang penyakit. Tempat yang lembab dan berair menimbulkan kelinci gampang pilek dan terjangkit penyakit kulit.
    2. Pengontrolan Penyakit
      Kelinci yang terjangkit penyakit umumnya punya tanda-tanda lesu, nafsu makan turun, suhu tubuh naik dan mata sayu. Bila kelinci mengatakan hal ini segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit.
    3. Perawatan Ternak
      Penyapihan anak kelinci dilakukan sehabis umur 7-8 minggu. Anak sapihan ditempatkan sangkar tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk mencegah remaja yang terlalu dini. Pengebirian sanggup dilakukan ketika menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya.
    4. Pemberian Pakan
      Jenis pakan yang diberikan mencakup hijauan mencakup rumput lapangan, rumput gajah, sayuran mencakup kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat mencakup jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang sanggup dibeli di toko pakan ternak. Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di sangkar untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
    5. Pemeliharaan Kandang
      Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi harus masuk ke sangkar untuk membunuh bibit penyakit. Dinding sangkar dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit
      dibersihkan dengan kreolin/lysol.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Bisul
    Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit.
    Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya diberi Jodium.
  2. Kudis
    Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh.
    Pengendalian: dengan antibiotik salep.
  3. Eksim
    Penyebab: kotoran yang melekat di kulit.
    Pengendalian: memakai salep/bedak Salicyl.
  4. Penyakit telinga
    Penyebab: kutu.
    Pengendalian: meneteskan minyak nabati.
  5. Penyakit kulit kepala
    Penyebab: jamur.
    Gejala: timbul semacam sisik pada kepala.
    Pengendalian: dengan abu belerang.
  6. Penyakit mata
    Penyebab: kuman dan debu.
    Gejala: mata berair dan berair terus.
    Pengendalian: dengan salep mata.
  7. Mastitis
    Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak sanggup keluar.
    Gejala: puting mengeras dan panas jikalau dipegang.
    Pengendalian: dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak.
  8. Pilek
    Penyebab: virus.
    Gejala: hidung berair terus.
    Pengendalian: penyemprotan antiseptik pada hidung.
  9. Radang paru-paru
    Penyebab: kuman Pasteurella multocida.
    Gejala: napas sesak, mata dan indera pendengaran kebiruan.
    Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox.
  10. Berak darah
    Penyebab: protozoa Eimeira.
    Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut membesar dan mencret darah.
    Pengendalian: diberi minum sulfaquinxalin takaran 12 ml dalam 1 liter air.
  11. Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci menyerupai anjing. Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pertolongan pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit.
8. PANEN
  1. Hasil Utama
    Hasil utama kelinci yaitu daging dan bulu
  2. Hasil Tambahan
    Hasil aksesori berupa kotoran untuk pupuk
  3. Penangkapan
    Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang benar supaya kelinci tidak kesakitan.
9. PASCAPANEN
  1. Stoving
    Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus. Pemberian minum tetap .
  2. Pemotongan
    Pemotongan sanggup dengan 3 cara:
    1. Pemukulan pendahuluan, kelinci dipukul dengan benda tumpul pada kepala dan ketika koma disembelih.
    2. Pematahan tulang leher, dipatahkan dengan tarikan pada tulang leher. Cara ini kurang baik.
    3. Pemotongan biasa, sama menyerupai memotong ternak lain.
  3. Pengulitan
    Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci digantung.
  4. Pengeluaran Jeroan
    Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan menyerupai usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan hingga pecah alasannya yaitu sanggup menghipnotis kualitas karkas.
  5. Pemotongan Karkas
    Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong serpihan dada dan 2 potong serpihan belakang. Presentase karkas yang baik 49-52%.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisa Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis budidaya kelinci didasarkan pada jumlah ternak per 20 ekor induk:
    1. Biaya Produksi
      1. Kandang dan perlengkapan Rp. 1.000.000,-
      2. Bibit induk 20 ekor @ Rp. 30.000, Rp. 600.000,-
      3. Pejantan 3 ekor @ Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
      4. Pakan
        • Sayur + rumput Rp. 1.000.000,-
        • Konsetrat (pakan tambahan) Rp. 2.000.000,-
      5. Obat Rp. 1.000.000,-
      6. Tenaga kerja 2 x 12 x Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
        Jumlah biaya produksi Rp. 9.260.000,-
    2. Pendapatan
      Kelahiran hidup/induk/tahun = 31 ekor
      Penjualan:
      1. Bibit: 20 x 15 x Rp. 20.000,- Rp. 6.000.000,-
      2. Kelinci potong 20 x 15 x Rp. 50.000,- Rp. 15.000.000,-
      3. Feses/kotoran Rp. 60.000,-
      4. Bulu Rp. 750.000,-
        Jumlah pendapatan Rp. 21.810.000,-
    3. Keuntungan Rp. 12.550.000,-
    4. Parameter kelayakan perjuangan : – B/C ratio = 2,36
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Gerakan peningkatan gizi yang dicanangkan pemerintah terutama yang berasal dari protein hewani hingga ketika ini masih belum terpenuhi. Kebutuhan daging kita masih banyak dipenuhi dari impor. Kelinci yang punya keunggulan dalam cepatnya berkembang, mutu daging yang tinggi, pemeliharaan gampang dan rendahnya biaya produksi menjadikan ternak ini sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi didukung dengan usul pasar dan harga daging maupun bulu yang cukup tinggi.
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Anonymous, 1986, Pemeliharaan Kelinci dan Burung Puyuh, Yasaguna, Jakarta.
  2. Kartadisastra. HR, 1995, Beternak Kelinci Unggul, Kanisius, Yogyakarta.
  3. Sarwono. B, 1985, Beternak Kelinci Unggul, Penebar Swadaya, Jakarta.
  4. Yunus. M dan Minarti. S, 1990, Aneka Ternak, Universitas Brawijaya, Malang.
12. KONTAK HUBUNGAN
  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166 69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Search

Popular Posts