Home » » Budidaya Ternak Kelinci

Budidaya Ternak Kelinci

                   Budidaya Ternak Kelinci

 wCEAAkGBxMTEhUTEhMWFhUXGBcbGBgXFxYYFhgWGBgYFxoYGBUYHSggGBsmHRcXITEiJSkrLi Budidaya Ternak Kelinci

Berikut ini yaitu serba-serbi budidaya ternak kelinci dimulai dengan sejarah singkat ternak kelinci, sentra  budidaya ternak kelinci, jenis-jenis ternak kelinci, manfaat ternak kelinci, persyaratan lokasi budidaya ternak kelinci,  fatwa teknis budidaya ternak kelinci, hama dan penyakit ternak kelinci dan lain-lain.

1. SEJARAH SINGKAT
Ternak ini semula binatang liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan semenjak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, materi pangan dan sebagai binatang percobaan. Hampir setiap negara di dunia mempunyai ternak kelinci alasannya yaitu kelinci mempunyai daya pembiasaan tubuh yang relatif tinggi sehingga bisa hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di kawasan dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga mengakibatkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut
trewelu dan sebagainya.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia masih terbatas kawasan tertentu dan belum menjadi pusat produksi/dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional.
3. JENIS
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Lepus, Orictolagus
Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.
Jenis yang umum diternakkan yaitu American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada bahwasanya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.
4. MANFAAT
Manfaat yang diambil dari kelinci yaitu bulu dan daging yang hingga ketika ini mulai laris keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih sanggup dimanfaatkan untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak.
5. PERSYARATAN LOKASI
Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, bunyi bising dan terlindung dari predator.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Yang perlu diperhatikan dalam perjuangan ternak kelinci yaitu persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.
  1. Penyiapan Sarana dan Perlengkapan
    Fungsi sangkar sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21° C, sirkulasi udara lancar, usang pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut kegunaan, sangkar kelinci dibedakan menjadi sangkar induk. Untuk induk/kelinci remaja atau induk dan anak-anaknya, sangkar jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi bantalan 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm.
    Menurut bentuknya sangkar kelinci dibagi menjadi:
    1. Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda.
    2. Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
    3. Kandang battery; menyerupai sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun piramid).
      Perlengkapan sangkar yang diharapkan yaitu tempat pakan dan minum yang tahan pecah dan gampang dibersihkan.
  2. Pembibitan
    Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara.
    1. Pemilihan bibit dan calon induk
      Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot tubuh dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu terang menentukan bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak gampang nervous, tidak cacat, mata higienis dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak.
    2. Perawatan Bibit dan calon induk
      Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh alasannya yaitu itu perawatan utama yang perlu perhatian yaitu pertolongan pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi sangkar yang baik serta mencegah sangkar dari gangguan luar.
    3. Sistem Pemuliabiakan
      Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
      1. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik contohnya bulu, proporsi daging.
      2. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapat keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul.
      3. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis gres yang diharapkan mempunyai penampilan yang merupakan
        perpaduan 2 keunggulan bibit.
    4. Reproduksi dan Perkawinan
      Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai remaja pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore
      hari di sangkar pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, sehabis itu pejantan dipisahkan.
    5. Proses Kelahiran
      Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci sanggup dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari sehabis perkawinan, jikalau terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke sangkar beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.
  3. Pemeliharaan
    1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering supaya tidak jadi sarang penyakit. Tempat yang lembab dan berair menimbulkan kelinci gampang pilek dan terjangkit penyakit kulit.
    2. Pengontrolan Penyakit
      Kelinci yang terjangkit penyakit umumnya punya tanda-tanda lesu, nafsu makan turun, suhu tubuh naik dan mata sayu. Bila kelinci mengatakan hal ini segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit.
    3. Perawatan Ternak
      Penyapihan anak kelinci dilakukan sehabis umur 7-8 minggu. Anak sapihan ditempatkan sangkar tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk mencegah remaja yang terlalu dini. Pengebirian sanggup dilakukan ketika menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya.
    4. Pemberian Pakan
      Jenis pakan yang diberikan mencakup hijauan mencakup rumput lapangan, rumput gajah, sayuran mencakup kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat mencakup jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang sanggup dibeli di toko pakan ternak. Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di sangkar untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
    5. Pemeliharaan Kandang
      Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi harus masuk ke sangkar untuk membunuh bibit penyakit. Dinding sangkar dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit
      dibersihkan dengan kreolin/lysol.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Bisul
    Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit.
    Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya diberi Jodium.
  2. Kudis
    Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh.
    Pengendalian: dengan antibiotik salep.
  3. Eksim
    Penyebab: kotoran yang melekat di kulit.
    Pengendalian: memakai salep/bedak Salicyl.
  4. Penyakit telinga
    Penyebab: kutu.
    Pengendalian: meneteskan minyak nabati.
  5. Penyakit kulit kepala
    Penyebab: jamur.
    Gejala: timbul semacam sisik pada kepala.
    Pengendalian: dengan abu belerang.
  6. Penyakit mata
    Penyebab: kuman dan debu.
    Gejala: mata berair dan berair terus.
    Pengendalian: dengan salep mata.
  7. Mastitis
    Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak sanggup keluar.
    Gejala: puting mengeras dan panas jikalau dipegang.
    Pengendalian: dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak.
  8. Pilek
    Penyebab: virus.
    Gejala: hidung berair terus.
    Pengendalian: penyemprotan antiseptik pada hidung.
  9. Radang paru-paru
    Penyebab: kuman Pasteurella multocida.
    Gejala: napas sesak, mata dan indera pendengaran kebiruan.
    Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox.
  10. Berak darah
    Penyebab: protozoa Eimeira.
    Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut membesar dan mencret darah.
    Pengendalian: diberi minum sulfaquinxalin takaran 12 ml dalam 1 liter air.
  11. Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci menyerupai anjing. Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pertolongan pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit.
8. PANEN
  1. Hasil Utama
    Hasil utama kelinci yaitu daging dan bulu
  2. Hasil Tambahan
    Hasil aksesori berupa kotoran untuk pupuk
  3. Penangkapan
    Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang benar supaya kelinci tidak kesakitan.
9. PASCAPANEN
  1. Stoving
    Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus. Pemberian minum tetap .
  2. Pemotongan
    Pemotongan sanggup dengan 3 cara:
    1. Pemukulan pendahuluan, kelinci dipukul dengan benda tumpul pada kepala dan ketika koma disembelih.
    2. Pematahan tulang leher, dipatahkan dengan tarikan pada tulang leher. Cara ini kurang baik.
    3. Pemotongan biasa, sama menyerupai memotong ternak lain.
  3. Pengulitan
    Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci digantung.
  4. Pengeluaran Jeroan
    Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan menyerupai usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan hingga pecah alasannya yaitu sanggup menghipnotis kualitas karkas.
  5. Pemotongan Karkas
    Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong serpihan dada dan 2 potong serpihan belakang. Presentase karkas yang baik 49-52%.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisa Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis budidaya kelinci didasarkan pada jumlah ternak per 20 ekor induk:
    1. Biaya Produksi
      1. Kandang dan perlengkapan Rp. 1.000.000,-
      2. Bibit induk 20 ekor @ Rp. 30.000, Rp. 600.000,-
      3. Pejantan 3 ekor @ Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
      4. Pakan
        • Sayur + rumput Rp. 1.000.000,-
        • Konsetrat (pakan tambahan) Rp. 2.000.000,-
      5. Obat Rp. 1.000.000,-
      6. Tenaga kerja 2 x 12 x Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
        Jumlah biaya produksi Rp. 9.260.000,-
    2. Pendapatan
      Kelahiran hidup/induk/tahun = 31 ekor
      Penjualan:
      1. Bibit: 20 x 15 x Rp. 20.000,- Rp. 6.000.000,-
      2. Kelinci potong 20 x 15 x Rp. 50.000,- Rp. 15.000.000,-
      3. Feses/kotoran Rp. 60.000,-
      4. Bulu Rp. 750.000,-
        Jumlah pendapatan Rp. 21.810.000,-
    3. Keuntungan Rp. 12.550.000,-
    4. Parameter kelayakan perjuangan : – B/C ratio = 2,36
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Gerakan peningkatan gizi yang dicanangkan pemerintah terutama yang berasal dari protein hewani hingga ketika ini masih belum terpenuhi. Kebutuhan daging kita masih banyak dipenuhi dari impor. Kelinci yang punya keunggulan dalam cepatnya berkembang, mutu daging yang tinggi, pemeliharaan gampang dan rendahnya biaya produksi menjadikan ternak ini sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi didukung dengan usul pasar dan harga daging maupun bulu yang cukup tinggi.
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Anonymous, 1986, Pemeliharaan Kelinci dan Burung Puyuh, Yasaguna, Jakarta.
  2. Kartadisastra. HR, 1995, Beternak Kelinci Unggul, Kanisius, Yogyakarta.
  3. Sarwono. B, 1985, Beternak Kelinci Unggul, Penebar Swadaya, Jakarta.
  4. Yunus. M dan Minarti. S, 1990, Aneka Ternak, Universitas Brawijaya, Malang.
12. KONTAK HUBUNGAN
  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166 69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

0 comments:

Search

Popular Posts