Home » » Penyebab Induk Sapi Susah Melahirkan Dan Cara Mengatasinya

Penyebab Induk Sapi Susah Melahirkan Dan Cara Mengatasinya

Cara Mengatasi Induk Sapi Yang Susah Melahirkan (Distokia)
Distokia pada sapi ialah suatu keadaan dimana sapi mengalami kesulitan melahirkan. Kejadian distokia pada sapi diperkirakan sebesar 3,3%; tragedi ini lebih banyak pada ternak sapi perah dibandingkan pada sapi potong. Kasus distokia umumnya terjadi pada induk yang gres pertama kali beranak, induk yang masa kebuntingannya jauh melebihi waktu normal, induk yang terlalu cepat dikawinkan, binatang yang kurang bergerak, kelahiran kembar dan penyakit pada rahim. (wikipedia.org).
Seorang breeder sapi tentu berharap proses kelahiran pedet bisa selalu berjalan normal, pedet dan induknya selamat dan bisa berkembang dengan baik hingga cukup umur (siap jual). Tetapi namanya berurusan dengan makhluk hidup tidak selamanya bisa berjalan normal dan baik-baik saja. Sering terjadi kasus janjkematian foetus atau anak sapi lantaran sulit dalam proses kelahirannya (distochia). Ada beberapa faktor terjadinya distochia antara lain :
  • Tulang kemudi induk terlalu sempit sehingga anak susah keluar
  • Kurangnya tenaga induk untuk merejan
  • Ukuran induk terlalu kecil
  • Anak yang akan dikeluarkan terlalu besar
  • Herediter
  • Mal nutrisi
Distokia sanggup disebabkan oleh faktor induk dan faktor anak (fetus). Aspek induk yang sanggup menjadikan distokia diantaranya kegagalan untuk mengeluarkan fetus akhir gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka atau terputar, gangguan pada abdomen (rongga perut) yang menjadikan ketidakmampuan untuk merejan, tersumbatnya jalan kelahiran, dan ukuran panggul yang tidak memadai.


Aspek fetus yang sanggup menjadikan distokia diantaranya defisiensi hormon (ACTH/cortisol), ukuran fetus yang terlalu besar, kelainan posisi fetus dalam rahim serta janjkematian fetus dalam rahim. Ukuran fetus yang terlalu besar dipengaruhi oleh aneka macam faktor yang yaitu keturunan, faktor pejantan yang terlalu besar sedangkan induk kecil, usang kebuntingan, jenis kelamin fetus yaitu fetus jantan cenderung lebih besar, kebuntingan kembar.

Faktor nutrisi induk juga berperan, yakni pemberian pakan terlalu banyak sanggup meningkatkan berat tubuh fetus dan timbunan lemak dalam rongga panggul yang sanggup menurunkan efektifitas perejanan.

Distochia atau sulit melahirkan juga sanggup diakibatkan kesalahan dalam menentukan bibit yang akan di IB-kan atau dikawinkan dengan sapi betina. Misalnya, bibit yang dipilih ialah hibrida dengan bobot lahir yang besar, kemudian kita kawinkan atau IB-kan dengan induk yang kecil. Maka pada ketika sapi melahirkan, anak akan sulit keluar dari organ reproduksi induk lantaran terlalu sempit. Tak jarang kasus distochia mengakibatkan janjkematian pada induk atau anak, atau kedua-duanya.

Tips dan Cara Mengatasi Distokia

Ada beberapa trik yang sanggup mengatasi sulit melahirkan pada sapi, yang sanggup dijadikan alternatif supaya sapi gampang melahirkan, trik ini boleh dikatakan sudah terkenal dimasyarakat, lantaran ada masyarakat biasa yang melaksanakan hal ini.

Menyiram Induk Sapi dengan air Pada Punggung dan Vulva
Setelah tanda kelahiran sudah erat maka punggung dan vulva disiram dengan air (air biasa).Mungkin dimaksudkan supaya struktur jaringan sapi lebih lentur sehingga gampang ketika kelahiran. Dan juga air yang yang disiramkan sanggup menstimulasi antibody dan sistem saraf sapi supaya lebih aktif, sehingga sapi akan berpengaruh dan atrik sistem tubuhnya tetap berjalan normal ketika dan sehabis sapi melahirkan.

Menggunakan Daun bambu Yang Masih Muda
Daun inilah yang dipakai masyarakat apabila sapi susah untuk melahirkan. Caranya, dengan menunjukkan daun bambu yang agak masih muda (bukan yang tua/ kering) kepada sapi yang sulit melahirkan. Atau dapa juga diberikan ketika tanda birahi sudah terlihat. Sedangkan tanda kelahiran sudah terang (kaki anak sapi sudah keluar). Mungkin dimaksudkan kalau struktur daun bambu itu bergairah tentu membuat rumen berkontraksi lebih cepat sehingga mendorong organ reproduksi sapi kebelakang.

Untuk jumlah yang diberikan janganlah terlalu banyak, kalau terlalu banyak bisa menjadikan Prolapsus Uterina (organ reproduksi dalam menyembul keluar melalui vavulva), diakibatkan kontraksi rumen yang terlalu cepat lantaran stimulasi dari kekasaran daun bambu tersebut.

Atau anda bisa kombinasikan kedua trik terbut untuk mendapat hasil yang lebih baik. Kalau kita lihat prinsipnya kedua trik diatas sanggup pula kita apilkasikan kepada ruminansia lainnya ibarat kerbau, kambing, domba dll.

Posisi Kebuntingan Normal dan Distokia

Penanganan Lain Kasus Distokia Bisa Dengan Cara:
  • Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus supaya normal dengan trik didorong (ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi)
  • Penarikan paksa, apabila rahim lemah dan fetus tidak ikut bereaksi terhadap perejanan.
  • Pemotongan fetus (fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur fetus yang abnormal tidak bisa diatasi dengan mutasi/penarikan paksa dan keselamatan induk yang diutamakan.
  • Operasi Sesar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua trik tidak berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomi) dengan alat dan kondisi yang steril.
Mutasi sanggup dilakukan melalui repulsi (pendorongan fetus keluar dari pelvis induk atau jalan kelahiran memasuki rongga perut dan rahim sehingga tersedia cukup ruangan untuk pembetulan posisi atau postur fetus dan ektremitasnya), rotasi (pemutaran tubuh pada sumbu panjangnya untuk membawa fetus pada posisi dorsosakral), versi (rotasi fetus pada poros transversalnya yaitu situs anterior atau posterior) dan pembentulan atau perentangan ekstremitas (wikipedia.org)


Proses Beranak (Melahirkan) Pada Sapi dan Tanda-tandanya
Pada Intinya Tanda-tanda sapi yang akan melahirkan:
  • Ambing membesar dan terdapat tonjolan-tonjolan vena di sekitarnya. Dari puting keluar kolostrum apabila dipencet. Urat-urat daging sekitar vulva tampak mengendor sehingga sebelah kanan dan kiri pangkal ekor kelihatan cekung, dan diperkirakan kelahiran akan terjadi kurang dari 24 jam. Hal ini diikuti dengan pengendoran ligementum sacropenosum tuberosum.
  • Jika ketika beranak tiba, maka induk sapi menjadi gelisah dan berjalan berputar-putar, sebentar tidur, sebentar berdiri, dan kadang kala mengeluarkan feses sedikit-sedikit.
  • Vulva kelihatan memerah, bisul dan keluar lendir.
Menurut Partodihardjo (1980), tanda-tanda akan datangnya suatu kelahiran pada ternak, pada umumnya hampir sama dari spesies ke spesies. Pada sapi tanda yang sanggup diamati antara lain:
  • Induk sapi gelisah, edema pada vulva, lendir yang menyumbat serviks mencair, kolostrum telah menjadi cair dan gampang dipencet keluar dari puting susu.
  • Terjadi relaksasi pada belahan pelvis, terutama ligamentum sacrospinosum dan tuberosum. Relaksasi ini mengakibatkan urat daging di atas pelvis mengendor. Jika diraba, urat daging di sebelah kiri dan kanan pangkal ekor terasa kendor dan lunak kalau dibandingkan dengan perabaannya pada waktu kebuntingan masih berumur 6 atau 7 bulan. Bila urat daging yang menghubungkan pangkal ekor dengan tuber ischii ini telah sedemikian kendornya, maka sanggup diramalkan bahwa kelahiran sudah tinggal 24-48 jam lagi.
  • Relaksasi urat daging pangkal ekor ini sekali-sekali disertai dengan kenaikan pangkal ekor (agak menjadi tegak ibarat pada waktu sapi sedang birahi/estrus).
  • Vulva yang bisul besarnya menjadi 2 hingga 4 kali daripada sebelumnya, dan kalau dipegang terasa sangat lembek.
  • Perubahan lain yang sangat menonjol menjelang kelahiran ialah lendir serviks dan pembukaan serviks. Lendir serviks pada kebuntingan tua, 8 hingga 9 bulan berubah dari kental sekali menjadi agak cair.
  • Menjelang kelahiran, lendir yang kental berwarna kuning jernih mencair ibarat madu meleleh dan volumenya menjadi banyak serta sifatnya lebih cair. Jika dimasukkan jari ke dalam serviks maka teraba serviks sudah mulai terbuka.
  • Pembukaan serviks sanggup diikuti dengan trik memasukkan jari ke dalam lumennya. Jika satu jari sanggup masuk maka diramalkan bahwa kelahiran masih kurang 3 hari; kalau terbuka selebar 2 jari maka kelahiran diramalkan akan terjadi 1-2 hari kemudian, dan kalau terbuka selebar 3 jari, kelahiran sanggup berlangsung beberapa jam hingga 1 hari kemudian.
Hal Yang Perlu Dipersiapkan Peternak (Breeder) Sebelum Kelahiran Pedet:
  • Untuk induk sapi yang akan melahirkan perlu ditempatkan pada sangkar beranak atau padangan yang kering dan bersih. Kegunaan sangkar beranak tersebut yaitu memudahkan pergerakan induk sapi sebelum melahirkan atau ketika proses kelahiran berlangsung, lantaran perbaikan fetus dalam kandungan akan lebih gampang kalau induk sapi dalam keadaan bergerak/berjalan.
  • Amati perubahan tiap jam/sekali. Amati terhadap tanda-tanda partus dan siap menunjukkan derma bila diperlukan.
  • Jika induk sapi tampak sehat dan proses melahirkan (partus) akan berjalan normal maka pertolongan dari luar tidak diperlukan. Pertimbangan bahwa partus akan berjalan normal ialah mengenal tanda-tanda partus dengan baik, memperhitungkan waktu dan tahap kelahiran serta stadium-stadium perejanan. Jika waktu dan stadium maupun tahap kelahiran tidak menyimpang terlalu banyak dari kebiasaannya, maka proses partus pada umumnya akan berlangsung normal.
Terdapat tiga tahapan melahirkan sesuai yaitu pelebaran serviks(leher rahim) selama 2-6 jam, pengeluaran fetus 0.5-1 jam dan pengeluaran plasenta (selaput fetus) 4-5 jam. Apabila proses kelahiran melebihi waktu 8 jam dari ketika pertama kali seekor induk merejan untuk melahirkan sanggup dikatakan sapi mengalami distokia.

Penjelasan Umum Penyebab Distokia (Kesulitan Melahirkan) 

Keberhasilan pemeliharaan sapi betina sangat ditentukan oleh baiknya proses perkembangan dan kesehatan reproduksi sapi induk. Karena sapi beranak satu kali dalam setahun, maka kelahiran yang lancar akan sangat menguntungkan peternak. Namun sayangnya, masih banyak terjadi kasus gangguan kesehatan, bahkan janjkematian pada induk maupun anak sapi sehabis proses kelahiran. Hal ini sanggup terjadi lantaran aneka macam faktor, di antaranya :

Kekurangan nutrisi pakan

Kekurangan nutrisi akan mengakibatkan kelainan pada produksi sel telur, transportasi sperma, pembuahan, serta perkembangan janin sehingga sanggup mengakibatkan sapi sulit bunting, bobot pedet kecil, abnormalitas atau janjkematian janin. Nutrisi yang penting antara lain vitamin A, vitamin E, zat besi, kalsium, yodium, dan fosfor. Sedangkan pakan yang harus dihindari yaitu racun daun cemara dan klor. Oleh lantaran itu, selain air minum, hijauan (rumput), dan konsentrat (komboran) yang cukup, sapi bunting juga idealnya diberi garam 50 gr/hari, kalsium CaCO3 100 gr/hr, dan urea 50 gr. Untuk sapi yang bunting 6 bulan ke atas, kualitas hijauan yang diberikan harus lebih baik lantaran masa ini ada proses pematangan pedet sebelum keluar. Beberapa ketika sebelum dan sehabis beranak, induk perlu diberi pakan penguat yang terdiri dari 1 genggam konsentrat, 1 genggam garam, dan 10 liter air.

Tidak diberi exercise (diumbar / dilatih berjalan di sekitar sangkar atau di padang gembala)

Jika tidak diumbar, otot-otot rahim tidak berpengaruh berkontraksi sehingga janin sulit keluar, ari-ari tertinggal dalam rahim, dan induk kehabisan tenaga (lemas). Induk sapi juga perlu dijemur supaya tulang-tulangnya lebih kuat.

Mengawinkan sapi pada umur yang terlalu muda

Sapi yang belum berumur 15 bulan, walaupun birahinya anggun sebaiknya jangan dikawinkan dulu lantaran sistem reproduksinya belum matang. Jika dipaksakan untuk kawin, sanggup terjadi problem antara lain kesulitan melahirkan lantaran tulang panggul masih belum cukup besar, pedet yang dilahirkan cacat lantaran sel telur induk betina belum dewasa, dan produksi susunya sedikit lantaran jaringan susunya belum tepat sehingga pedet akan menjadi kurus.

Kurangnya ventilasi, kebersihan kandang, dan vaksinasi

Stres akhir panas dan pengap (kurang ventilasi) sanggup mengakibatkan tekanan darah rendah pada induk dan kelebihan asam pada janin sapi. Sedangkan sangkar yang tidak bersih, pakan yang terkontaminasi dan kurangnya vaksinasi mengakibatkan banyaknya mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) yang sanggup mengakibatkan penyakit contohnya keguguran (akibat basil Brucella abortus, Toxoplasma dsb), diare, dan aneka macam penyakit lain.

Kesalahan dalam penanganan kelahiran

Hal ini sanggup mengakibatkan pedet mati lemas ketika lahir, lemah, infeksi dan sulit dibesarkan. Penanganan yang seharusnya ialah :
  • Sebelum induk beranak, siapkan daerah longgar ditambah tumpukan jerami kering sebagai ganjal untuk melahirkan supaya pedet tidak terluka dan sebagai daerah latihan bangkit pedet.
  • Sesaat sehabis pedet lahir, bersihkan lendir dari lisan pedet supaya segera bisa bernafas dengan normal dan lancar. Lakukan pernafasan buatan kalau pedet kesulitan bernafas. Jangan membopong pedet melalui ketiak.
  • Jika pedet tidak sanggup mengangkat kepala, angkat dan turunkan pedet (dengan trik mengangkat kaki belakangnya) 3-5 kali hingga lendir keluar dari hidung dan mulutnya.
  • Jika pedet masih tidak sanggup mengangkat kepala, siram dengan air dingin.
  • Potong tali pusar ± 10 cm dan diolesi yodium tinctur 7% sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi kemudian diikat.
  • Biarkan induk menjilati pedet selama 10 – 15 menit. Hal ini merangsang kontraksi rahim sehingga melancarkan pengeluaran ari-ari. Ari-ari akan keluar sehabis 3-6 jam. Biarkan induk memakan belahan dari ari-ari lantaran merangsang untuk segera memproduksi susu bagi anaknya. Jika dalam 8-12 jam ari-ari tidak keluar, segera lapor ke petugas peternakan atau dokter hewan. Bila induk tidak mau menjilati pedetnya, gunakan kain kering untuk menyeka tubuh pedet.
  • Pisahkan segera pedet dari induknya untuk menghindari/mengantisipasi penularan penyakit dari induknya.
  • Pedet yang gres lahir memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah. Kolostrum (susu pertama yang dihasilkan pada selesai masa kebuntingan hingga beberapa hari sehabis melahirkan) kaya akan zat antibodi (kekebalan tubuh) sehingga sebaiknya diberikan sesegera mungkin sehabis pedet lahir dan maksimal 4 jam sehabis lahir sebanyak 3-4 liter. Keterlambatan pemberian kolostrum akan memperbesar resiko janjkematian lantaran semakin usang usus pedet semakin sulit untuk menyerap antibodi. Berikan lagi kolostrum 8 jam kemudian dan minimal hingga 2-3 hari sehabis lahir.
  • Berikan obat cacing pada induk 1 bulan sehabis melahirkan.
Kekurangan periode / masa kering

Pemerahan seharusnya dilarang minimal 1½ bulan sebelum sapi melahirkan (disebut masa kering). Namun, peternak banyak yang tetap memerah susu hingga ketika melahirkan lantaran ingin tetap mendapat laba dari hasil penjualan susu. Hal ini akan mengakibatkan induk tidak sehat dan kualitas kolostrum rendah sehingga antibodi pedet tidak berpengaruh melawan bibit penyakit yang sanggup mengakibatkan kematian.

Faktor Genetik (Keturunan)

Gangguan reproduksi sanggup juga disebabkan lantaran penyakit keturunan, contohnya penyakit distokia (kesulitan melahirkan akhir kesalahan posisi janin dalam rahim), penyakit mumifikasi (janin mengeras), dsb. Inilah salah satu lantaran pentingnya recording (pencatatan) riwayat keturunan.

Diolah dari aneka macam sumber

0 comments:

Search

Popular Posts

Blog Archive