Perenjak Jawa Ialah Burung Ocehan

Familiarkah dengan nama burung Perenjak Jawa, mungkin belum begitu familiar burung ini di kalangan kita. Apalagi mengetahuinya sebagai burung ocehan yaitu hal yang tidak disangka-sangka. Perenjak jawa yaitu jenis burung kicauan dari keluarga Cistikolidae. Melihat dari garis putih pada kedua belah sayapnya maka melirik nama ilmiahnya yaitu Prinia.

Burung perenjak jawa memiliki ciri-ciri yang khas dari burung-burung ocehan pada umumnya, badannya yang ramping bagi perenjak jawa, dan keseluruhan panjangnya dari kepala hingga ekornya hanya 10 cm. Burung perenjak jawa memiliki warna yang sama yakni coklat hijau-zaitun pada bab sisi atasnya. Melirik bab dadanya berwarna putih namun pada bab sisi perut dan pantatnya berwarna kekuningan. Kekhasan yang diberikannya sebagai penanda ialah sayap dengan dua garis putih. Paruh yang dimiliki panjang runcing, dan kaki ramping dan ringkih berwarna coklat kemerahan dan merah jambu.

Habitat burung perenjak jawa ialah sejatinya di hutan dan juga banyak ditemui pada tempat terbuka atau bersemak, baik di taman, pekarangan, tepi sawah, hutan sekunder, hingga pada bab hutan bakau. Kebiasaan burung ini yang paling populer ialah keberaniannya, rasa takut yang tidak dimiliki ketika berjumpa dengan insan menciptakan ketertarikan tersendiri bagi insan yang menginginkannya. Penyebaran pada daerah-daerah sanggup pula dijumpai di Sumatera, Jawa, dan Bali.

Makanannya ketika hidup di alam bebas yaitu dengan berburu ulat, telor semut dan beberapa jenis serangga lainnya. Kebiasaan hidup berkelompok serta ribut menyebabkan keeksotisan milik burung perenjak jawa. Namun kalau burung ini dipelihara biasanya makanan yang sering diberikan ialah kroto, pelet, dan ulat hongkong. Jenis burung ocehan satu ini merupakan burung yang sangat sulit untuk dijadikan binatang peliharaan sehingga sangat jarang burung ini mengikuti perlombaan burung ocehan, perilaku yang gampang stress menjadi hambatan bagi pemburu perenjak jawa alasannya yaitu ketika mengalami stres ketika ditangkap maka dalam waktu yang tidak akan lama.



Dalam sejarah keterkenalannya, burung perenjak jawa merupakan burung yang disamakan dengan burung gereja alasannya yaitu tidak populer burung ini sebagai burung ocehan sehingga nilai ekonomi tidak menyebabkan burung ini ketika tahun 1990-an akan dicari-dicari. Namun kebalikan itu sering terjadi, kini ini dari keterkenalan pada burung perenjak jawa, perburuan yang hiperbola sering mengusik habitatnya sehingga dari itu kelangkaan akan spesies ini mulai dirasakan dari jarangnya melihatnya di taman-taman, ataupun pinggiran hutan. Hal ini sangat tidak mengenakkan sekali mengingat sifat yang dimiliki burung perenjak yaitu gampang jinak namun tidak sanggup ditangkarkan untuk pengembang biakan.

Walaupun begitu kalau mendengar suaranya ketika melihat di taman ataupun di alam bebas lainnya, memiliki alunan bunyi keras dan bernada tinggi, sering mengucapkan: “cwuit-cwuit-cwuit”. Dan juga ada juga bunyi penanda khusus ketika menghadapi problem yakni “hi-hi-hi” yang menjadi isu bagi rekan-rekannya yang binatang ini yaitu binatang yang hidup berkelompok. Namun dilirik juga ekornya yang tipis bergerak-gerak ke atas ketika melantunkan kicauan.

Dari paparan di atas secara tidak pribadi dari banyaknya insan yang memburu burung perenjak jawa untuk ditangkarkan menjadi burung ocehan yaitu menjadi pendekatan bahwa burung ini merupakan golongan burung ocehan, namun hanya sifatnya saja menyebabkan kefamiliaran perenjak jawa jarang mengikuti event-event perlombaan burung. Dan biar bermanfaat.

Oleh : Satria Dwi Saputro
Sumber:
http://omkicau.com/2012/07/24/deskripsi-lengkap-semua-burung-suku-pengicau-suku-silviidae/27/
id.wikipedia.org/wiki/Perenjak_jawa
gambar: google.com

0 comments:

Search

Popular Posts

Blog Archive