Home » » Kegunaan Analisa Proksimat Dan Hasilnya

Kegunaan Analisa Proksimat Dan Hasilnya

Dalam ilmu pakan ternak sering kita mendengar istilah menyerupai kandungan nutrisi materi pakan ternak yang biasanya diwakili oleh kandungan serat kasar, protein kasar, Lemak kasar, Bahan kering, air dan BETN atau Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen. Mungkin ada sebagian dari peternak yang belum begitu memahami arti dari nama-nama tersebut diatas. Apa itu protein kasar? Lemak kasar? BETN? Simak penjelasannya lengkap dengan cara mendapat fraksi-fraksi kimia tersebut melalui sebuah proses yang dikenal dengan Analisis Proksimat.

Apa Yang Dimaksud Dengan Analisis Proksimat?

Definisi Pengertian Analisis Proksimat. Menurut kamal (1998) disebut analisis proksimat alasannya yaitu hasil yang diperoleh hanya mendekati nilai yang sebenarnya, oleh alasannya yaitu itu untuk menawarkan nilai dari system analisis proksimat selalu dilengkapi dengan istilah minimum atau maksimum sesuai dengan manfaat fraksi tersebut. Dari sisitem analisis proksimat sanggup diketahui adanya 6 macam fraksi yaitu:1). Air, 2). Abu, 3). Protein kasar, 4). Lemak agresif (ekstrak ether), 5). Serat kasar, 6). Ekstrak Tanpa Nitrogen (ETN). Khusus untuk ETN nilainya dicari hanya menurut perhitungan yaitu: 100% dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang lain.

Cara ini dikembangkan dari Weende experiment station di Jerman oleh Henneberg dan Stocman pada tahun 1865, yaitu suatu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini digunakan hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis proksimat”. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tilman et al., 1998).


Air
Yang dimaksud air dalam analisis proksimat yaitu semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam beberapa waktu pada suhu 1050-1100C dengan tekanan udara bebas hingga sisa yang tidak menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan kadar air dari suatu materi sebetulnya bertujuan untuk memilih kadar materi kering dari materi tersebut (Kamal, 1998).

Sampel kuliner ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam panggangan dengan suhu 1050C. Pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun lagi beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel materi pakan disebut sebagai sampel materi kering dan penggunaanya dengan sampel disebut kadar air (Tillman et al., 1998).

Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi, sesudah dikeringkan 550C hingga beratnya tetap diperoleh materi pakan dalam kondisi kering udara disebut juga berat kering, kering udara atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi kering udara dan sering disebut kondisi as fed (keadaan apa adanya) (Utomo dan Soejono,1999).

Abu
Yang dimaksud bubuk yaitu sisa pembakaran tepat dari suatu bahan. Suatu materi apabila dibakar tepat pada suhu 500-600ÂșC selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang disebut bubuk atau adonan dari banyak sekali oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya. Mineral yang terdapat pada bubuk sanggup juga berasal dari senyawa organik musalnya fosfor yang berasal dari dari protein dan sebagainya. Disamping itu adapula mineral yang sanggup menguap sewaktu pembakaran, contohnya Na (Natrium), Cl (Klor), F (Fosfor), dan S (Belerang), oleh alasannya yaitu itu bubuk tidak sanggup untuk membuktikan adanya zat anorganik didalam pakan secara tepat baik secara kualitatif maupun kwantitatif (Kamal, 1998).

Penetuan kadar bubuk mempunyai kegunaan untuk memilih kadar ekstrak tanpa nitrogen. Disamping itu kadar bubuk dari pakan yang berasal dari binatang dan ikan sanggup digunakan sebagai indek untuk kadar Ca (Kalsium) dan P (Fofsor), juga merupakan tahap awal penentuan banyak sekali mineral yang lain (Kamal,1998).

Protein Kasar
Protein agresif yaitu nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari perkiraan bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen nonprotein (non–protein nitrogen /NPN). Dengan demikian maka nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein agresif (Kamal,1998).

Serat Kasar
Serat agresif yaitu bab dari pangan yang tidak sanggup dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk memilih kadar serat agresif yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 1,25%). Piliang dan Djojosoebagio mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan serat agresif ialah sisa materi kuliner yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam berpengaruh dan basa berpengaruh selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses menyerupai ini sanggup merusak beberapa macam serat yang tidak sanggup dicerna oleh insan dan tidak sanggup diketahui komposisi kimia tiap-tiap materi yang mengandung dinding sel.

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Ekstrak Tanpa Nitrogen dalam arti umum yaitu sekelompok karbohidrat yang kecernaannya tinggi, sedangkan dalm analisis proksimat yang dimaksud Ekstrak Tanpa Nitrogen yaitu sekelompok karbohidrat yang gampang larut dengan perebusan memakai asam sulfat 1,25% atau 0,255 N dan perebusan dengan memakai larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N yang berurutan masing-masing selama 30 menit. Walaupun demikian untuk penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya menurut perhitungan 100%- (%air+%abu+%serat kasar+%protein kasar+%lemak kasar). Ekstrak Tanpa Nitrogen dipengaruhi oleh kandungan nutient lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak agresif dan serat agresif (Kamal, 1998).

Referensi:
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Utomo, R dan Soedjono, M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

0 comments:

Search

Popular Posts

Blog Archive