CIRI-CIRI BAKALAN SAPI PEDAGING BERKUALITAS
By: Mukti Abadi
Bakalan sapi yang berkualitas, merupakan persyaratan awal dalam memulai perjuangan penggemukan sapi potong. Keuntungan perjuangan bukan ditentukan ketika pemeliharaan dan ketika menjual, tetapi dimulai ketika beli. Maka gunakan filosofi, “Teliti Sebelum Beli”.
Berikut beberapa kriteria menurut jenis, umur dan ciri fisiknya :
JENIS DAN KUALITAS
Bakalan sapi untuk penggemukan sapi potong sebaiknya memang berasal dari jenis sapi pedaging, baik yang berada di kawasan setempat maupun berasal dari luar wilayah. Sapi bakalan yang berkualitas sanggup berupa sapi berdarah murni (sapi Bali), sapi Madura, atau sapi hasil persilangan (Simmental, Limousin, Brahman jantan dengan PO betina dll).
Jika menggunakan bakalan sapi hasil persilangan, sebaiknya menentukan bakalan yang fisiknya lebih ibarat induk jantannya. Misalnya, jikalau menggunakan bakalan hasil persilangan sapi Simmental atau sapi Limousin jantan atau Brahman jantan dengan sapi Peranakan Ongole (PO) betina atau sapi FH betina, maka sapi bakalan yang dipakai sebaiknya mempunyai fisik mayoritas sapi Simmental atau sapi Limousin.
Namun sapi bakalan berkualitas saja tidak cukup. Penggemukan sapi pedaging, sapi bakalan berkualitas harus ditunjang dengan pakan berkualitas supaya ADG sapi yang dihasilkan sesuai target. Seperti yang diketahui dalam artikel sebelumnya, pertumbuahan bobot harian sapi Limousin atau sapi Simmental atau sapi Brahman, sanggup mencapai >1,5 kg/ekor/hari, jikalau pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, baik kualitas dan kuantitasnya.
KAKI
Sesungguhnya, “jantung”-nya sapi itu bukan jantung yang di dalam dada, tetapi berada di ujung-ujung kuku dan kakinya. Makara sebelum menilai body condition score (BCS) sapi, pastikan dulu bahwa kaki dan kukunya sehat, kokoh dan posturnya normal. Baik kaki dan kuku depan mau pun yang belakang. Kalau kaki dan kukunya tidak memenuhi syarat, tidak usah dibeli.
UMUR
Idealnya, umur bakalan sapi untuk perjuangan penggemukan sapi pedaging sekira 1,5 – 3,0 tahun (18 – 36 bulan). Kisaran umur tersebut merupakan umur paling optimal untuk memulai perjuangan penggemukan alasannya yakni pertumbuhannya masih cepat. Umur bakalan sapi yang kurang dari 2 tahun atau lebih dari 4 tahun, pertumbuhan bobot hariannya masih agak lambat (belum optimal). Sebaliknya, jikalau umur bakalan lebih dari 4 tahun, pertambahan bobot harian sudah melambat.
Masih jarangnya peternak, terutama peternak rakyat, yang membuat catatan kelahiran sapi menjadikan munculnya hambatan untuk mengetahui umur bakalan sapi. Padahal, pencatatan tanggal lahir merupakan trik yang paling akurat dalam menentukan umur bakalan sapi.
GIGI
Umumnya, untuk mengatasi problem umur sapi, peternak melaksanakan dengan metode lain, yaitu melihat kondisi gigi. Pilih lah sapi yang giginya sudah pernah tanggal (Jawa : po’el) minimum 2 (dua) gigi seri dan sudah tumbuh lagi. Proses po’el-nya sudah selesai. Sebab, sapi yang masih dalam proses po’el, napsu makannya berkurang alasannya yakni giginya masih sakit.
Kondisi Fisik Bakalan Sapi (Body Condition Score = BCS)
Selain umur, sapi bakalan yang dipilih juga harus mempunyai kondisi fisik yang baik, yakni terlihat sehat, segar, aktif, tidak lesu, dan pertumbuhan normal (tidak cacat). Sapi bakalan yang sehat dan normal tentunya sanggup mengoptimalkan kegiatan penggemukan sehingga balasannya maksimal.
Berikut aneka macam ciri fisik bakalan sapi yang berkualitas :
1. Badan kompak (proposional). Rangka tubuh tampak kokoh dan lebar (tidak gepeng);
2. Tubuh panjang dengan tinggi tubuh potongan depan dan belakang relatif sama;
3. Dada lebar, bakalan sapi yang baik umumnya mempunyai dada yang lebar (tidak sempit) sehingga pertambahan daging selama penggemukan di potongan ini cukup banyak atau maksimal;
4. Bulu pendek dan kering dan mata bersinar dan responsif terhadap lingkungan;
5. Perut kecil, tetapi pantat lebar. Bakalan sapi dengan perut besar (buncit) mengidentifikasi terjangkit cacingan. Selain itu, perut bakalan sapi yang terlalu besar biasanya juga memengaruhi jumlah karkas yang dihasilkan alasannya yakni kosentrasi pertambahan bobotnya banyak terserap ke perut sehingga mengurangi pertambahan daging ke potongan lain, mirip dada, paha, atau pantat;
6. Kaki kokoh dengan tulang kaki besar. Kaki yang kokoh sangat penting untuk menopang bobot seiring pertambahan bobot;
7. Bentuk kaki normal dan lurus, sejajar, tidak membentuk X atau O
8. Tidak terlalu kurus dan gemuk. Bakalan sapi yang terlalu kurus biasanya membutuhkan waktu lebih usang untuk digemukkan. Selain itu, bakalan sapi yang terlalu kurus kemungkinan menderita penyakit seperi cacingan atau pernah memakan sesuatu yang tidak seharusnya, mirip plastik, tali rafia atau karet. Sebaliknya, bakalan yang terlalu gemuk juga kurang ideal untuk digemukkan alasannya yakni pertambahan bobot hariannya tidak sebanyak bakalan sapi yang badannya ideal.
0 comments:
Post a Comment