Home » , » Dunaliella Salina

Dunaliella Salina

Morfologi dan Klasifikasi Dunaliella salina

    Menurut Bougis (1979) dalam Yudha 2008  Klasifikasi Dunaliella, sebagai berikut:
Phylum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volaneka macamocales Famili : Polyblepharidaceae  Genus : Dunaliella     

(Tran et al, 2013)

       Menurut Yudha (2008), Secara morfologi, Dunaliella sp. merupakan mikroalga yang bersifat uniseluler, mempunyai sepasang flagella yang sama panjangnya, sebuah kloroplast berbentuk cangkir, dan tidak mempunyai dinding sel. Dunaliella sering juga disebut sebagai flagellata uniseluler hijau (green unicellulair flagellata). Bentuk selnya juga tidak stabil dan beragam, sanggup berbentuk lonjong, lingkaran silindris, ellip, dan lain-lain. 


Habitat dan Pertumbuhan
       Menurut Kusumaningrum (2008), produksi pigmen total Dunaliella sp. semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia sel hingga menuju ketewasan, sehingga karotenoid merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan sesudah produksi klorofil dan pertumbuhan menurun hingga menuju fase ketewasan. Sehingga berdasarkan Pisal dan Lele (2005) dan Mendoza et al. (2008), cara D. salina meningkatkan  sintesis beta karoten dalam kondisi fisiologis yang kurang seimbang dalam sel dan mempertahankan pertumbuhan serta pembiasaan terhadap lingkungan adalah dengan meningkatkan produksi beta karoten untuk menangkal radikal bebas yang berbahaya dan racun lainnya yang masuk ke dalam tubuhnya. Hal ini menjadikan Dunaliella lebih bisa bertahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim dibandingkan dengan mikroalga lainnya.
        Menurut Andersen (2005), Dunaliella salina sanggup hidup diperairan hypersaline dengan salinitas tinggi. Kadar garam yang tinggi diperoleh dari eaneka macamaporasi air laut. Salinitas optimum untuk petumbuhan adalah 22 mg/l sedangkan untuk proses pembentukan karoten adalah 35 mg/l. pH optimum perairan adalah 9 dan suhu optimum perairan adalah 30-40°C.   Daur Hidup        Menurut Jesus dan Filho (2010) dalam Kusumaningrum dan Zainuri (2013), menyatakan bahwa daur hidup D.salina dihasilkan dalam kondisi cekaman dimana pembelahan sel terhambat. Kondisi cekaman tersebut dikira akhir terbentuknya sel fusan itu sendiri yang menjadikan pembelahan sel secara normal terganggu. D. salina merupakan mikroalga yang bisa hidup pada kisaran salinitas yang tinggi dimana terhadap lingkungan. Caranya adalah dengan meningkatkan produksi beta karoten untuk menangkal radikal bebas yang berbahaya dan racun lainnya yang masuk ke dalam tubuhnya. Hal ini menyebabkan Dunaliella lebih bisa bertahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim dibandingkan dengan mikroalga lainnya. 
      Menurut Kordi (2011), dunaliela sering disebut flagellate uniseluler hijau (green unicelulair flagellate). Dunaliela mempunyai sepasang flagella dan sebuah kloropast berbentuk cangkir. Dunaliella salina bersifat halopilik (mempunyai lingkaran bersalinitas tinggi), mempunyai central pyrenoida. Pada kondisi terntentu plankton ini berkembang pada tahap palmella dan terbungkus dalam sebuah lapisan lendir tipis atau sanggup membentuk sebuah aplanosphora dengan sebuah dinding bernafsu yang tipis.    
 
      

0 comments:

Search

Popular Posts

Blog Archive