- Di bahari atau di pantai seringkali kita menemukan sampah plastik berserakan. Di Kimalo Point yang terletak di Pulau Hawaii, kepingan plastik bahkan ditemukan di kedalaman satu meter di bawah permukaan pasir.
"Di beberapa pantai lainnya, sulit untuk membedakan antara pasir dan plastik," kata Nicholas Mallos, peneliti puing-puing bahari di LSM Ocean Conservancy kepada LiveScience, Januari lalu.
Untuk mengetahui tingkat pencemaran sampah di laut, para ilmuwan memakai burung bahari sebagai alat ukur. Burung laut, termasuk burung pelikan dan burung camar, merupakan rantai makanan paling atas. Mereka menyerap racun dan polusi yang terkandung dalam ikan yang mereka makan.
Karena burung bahari mencari makan di area bahari yang luas, tapi selalu kembali ke lokasi yang sama setiap tahun untuk berkembang biak, mereka memasok sampel polutan dari satu wilayah geografis yang luas kepada para peneliti.
"Mereka terbang menyebar di atas lautan selama setahun sehingga dapat dibilang mereka mengambil sampel pencemaran bagi kami," kata John Elliot dari Environment Canada dalam jurnal Science, 3 Mei 2013.
"Selama mereka mencari makan, mereka terpapar kontaminasi, terutama jenis bioakumulatif yang memang kami incar."
Pemantauan racun pada burung bahari tidaklah mematikan si burung. Ilmuwan memakai sampel bulu, darah, minyak, dan pola jaringan badan tanpa membunuh burung. Sampel tersebut cukup untuk mengukur polusi yang terjadi.
Burung yang mati kerap ditemukan dengan perut yang penuh plastik. Hal ini menawarkan peningkatan kontaminasi di bahari yang berasal dari limbah nelayan dan para pengunjung pantai. Monterey Bay Aquarium di California memperkirakan sekitar 1 juta burung laut, ditambah 100.000 binatang mamalia bahari dan penyu, mati alasannya menelan plastik setiap tahun.-tempo
0 comments:
Post a Comment