- Kecemburuan sesama pedagang mencuat di Pasar Depok. Aktivitas jual-beli pedagang oprokan dinilai menghipnotis daya jual pedagang yang berjualan di dalam pasar. Sementara Dinas Pengelola Pasar (DPP) dan Satpol PP yang menangani persoalaan ini terkesan tak mengubris keluhan pedagang di dalam pasar.
”Ini tinggal bagaimana DPP dan Satpol PP bertindak tegas. Karena masih terdapat pedagang oprokan yang tersebar, terutama di saluran sisi timur. Lalu-lintas di sana terganggu alasannya ialah tubuh jalan digunakan berjualan. Seharusnya, mereka juga masuk ke dalam pasar. Tidak tersebar ibarat saat ini,” kata pengurus paguyuban pedagang Pasar Depok, Suwarjono.
Ketua Ikatan Keluarga Pedagang Burung Surakarta (IKPBS) Sub Lomba ini mengaku khawatir jika tidak ditertibkan, kegiatan pedagang oprokan kian semarak. Padahal 281 pedagang pemilik Surat Hak Penempatan (SHP) sudah bersedia masuk ke Pasar Depok sesudah setahun berjualan di lokasi yang sama. Suwarjono menambhakan, kegiatan jual-beli pedagang oprokan juga menciptakan lingkungan sekitar pasar kumuh.
”Sepanjang Jalan Balekambang sudah higienis dari lapak dan los darurat, alasannya ialah seluruh penggunanya sudah pindah ke pasar. Tinggal pedagang oprokan yang masih berjualan. Pasar Depok sanggup ramai ibarat dulu apabila semua pedagang masuk ke pasar,” jelasnya.
Kepala DPP Subagiyo menegaskan sterilisasi jalan dari kegiatan PKL mutlak dilakukan. Adapun pemindahan pedagang oprokan menunggu ekspansi Pasar Depok beres.
”Tahapannya (pemindahan) sesudah ekspansi dan pembuatan shelter. Makara tidak eksklusif sanggup memindahkan alasannya ialah perlu kawasan yang memadai. Namun pada prinsipnya, kegiatan berjualan -soloposdi jalan tidak diperbolehkan,” jelasnya.
0 comments:
Post a Comment