- Matahari belum tampak saat kaki mulai melangkah ke belantara hutan di Kobe, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, tamat Januari lalu. Kicau bermacam-macam jenis burung menemani sepanjang perjalanan. Kicauan mereka seakan menyambut kami, menyambut pula datangnya pagi yang akan segera tiba.
Kami menciptakan tur ke hutan Kobe untuk melihat burung-burung itu. Kami memulai tur pagi hari, sebelum matahari terbit, sebab burung biasa terlihat pagi hari.
-- Rob Sinke
Di antara burung-burung itu terlihat sepasang burung bidadari atau dikenal pula dengan nama Standardwing Bird of Paradise (Semioptera wallacei). Yang jantan mempunyai mahkota berwarna ungu dan dada berwarna hijau. Adapun yang betina berwarna coklat dan mempunyai ekor lebih panjang.
Berulang kali bidadari jantan memamerkan kecantikan bulu dan bentang sayapnya sambil berkicau. Yang betina tampak tertarik dengan agresi si jantan sehingga keduanya terlihat saling mengejar. Beberapa kali mereka terlihat berpelukan.
”Mereka begitu mungkin pacaran. Bahkan, pernah dua burung itu terjatuh dari pohon saat pacaran. Setelah itu, mereka terbang lagi,” ujar Yulius Timbangnusa, warga Sawai Itepo, Weda Tengah, yang biasa memandu wisatawan melihat burung endemik di hutan Kobe.
Burung bidadari ditemukan pertama kali oleh Alfred Russel Wallace saat ekspedisi ke Bacan (sekarang masuk Kabupaten Halmahera Selatan) pada Oktober 1858-April 1859. Dalam buku berjudul The Malay Archipelago yang ditulis Alfred disebutkan, burung itu dinamai Semioptera wallacei oleh Mr GR Gray dari Museum Inggris (British Museum).
Selain bidadari, terlihat pula burung endemik Maluku Utara lain yang dikenal warga dengan nama taong-taong atau Hornbill (Rhyticeros plicatus). Burung berwarna hitam itu bersuara khas saat terbang. Suara kepakan sayapnya ibarat helikopter.-kompas
0 comments:
Post a Comment