Home » » Udang Vannamei

Udang Vannamei

Klasifikasi Morfologi Udang Vannamei 

        Klasifikasi udang aneka macamaname berdasarkan Effendie (1997) yaitu sebagai berikut: Kingdom             : Animalia Filum                  : Arthropoda Kelas                  : Malacostraca Subclass            : Eumalacostraca Ordo                  : Decapoda Famili                 : Penaeidae Genus                : Litopenaeus   Species              : L. aneka macamannamei Kordi dan Tancung (2007) menjelaskan bahwa kepala udang putih terdiri dari antena, antenula, dan 3 pasang maxilliped. Kepala udang putih juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan  pasang kaki berjalan (periopoda). Maxilliped pernah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus). Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada cuilan abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang uropads (ekor) yang membentuk kipas bantu-membantu telson (kaki renang).   Warna udang aneka macamaname yaitu putih transparan dengan warna biru akrab cuilan telson dan uropoda. Alat kelamin udang jantan disebut pentasma, yang terletak pada pangkal kaki renang pertama. Sedangkan alat kelamin udang betina disebut juga dengan thelycum, terbuka dan terletak diantara pangkal kaki jalan yang ke-4 dan ke-5. Pada jantan remaja pentasma yaitu simetris, semi-open dan tidak bertudung. Bentuk dari spermatophore-nya sangat kompleks, terdiri dari cuilan struktur gumpalan yang encapsulated oleh sebuah pelindung (bercabang dan terbungkus). Betina remaja mempunyai thelycum terbuka dan ini yaitu salah satu perbedaan yang paling mencolok pada udang aneka macamaname betina (Panjaitan, 2012).

Habitat dan Penyebaran

Sebagai penghuni dasar laut, udang penaeidae hanya kalo pernah mencapai remaja saja mencari tempat yang dalam ditengah laut. Waktu masih muda, mereka berada di tempat yang dangkal tepi pantai. Bahkan ada yang memasuki muara sungai dan petakan tambak lembap payau (Soeseno, 1983). Menurut Agustina (2014), udang putih mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap salinitas yang luas dengan kisaran salinitas 0-50 ppt. Temperatur juga mempunyai imbas yang besar pada pertumbuhan udang. Temperatur yang cocok bagi pertumbuhan udang putih yaitu pada spesifikasi tahap dan ukuran. Udang muda sanggup tumbuh dengan baik dalam air dengan temperatur hangat, tapi semakin besar udang tersebut, maka temperatur optimum akan menurun.

Siklus Hidup

Udang peneid remaja hidup dan bertelur di laut, lalu sesudah telur menetas berubah menjadi laraneka macama tingkat pertama yang disebut nauplius akan berkembang menjelma protozoea setelah 45-60 jam. Protozoea berkembang menjelma mysis setellah 5 hari. Mysis berkembang menjelma post laraneka macama setelah 4-5 hari. Post laraneka macama  udang bergerak mendekati pantai dan menetap di dasar perairan estuari hingga berkembang berubah menjadi udang muda atau juaneka macamenil. Pergerakan ibarat inilah yang menyebabkan post laraneka macama ditemukan di sepanjang pantai dan paling banyak di kawasan mangroaneka macame. Perairan estuari lebih kaya nutrisi yang diharapkan laraneka macama dan parameter kualitas air yang lebih beraneka macamariasi dibandingkan di bahari dalam. sehabis beberapa bulan di perairan payau, udang remaja kembali ke bahari dan melaksanakan pemijahan serta melepaskan telurnya (Panjaitan, 2012). Siklus hidup udang putih dimulai dari udang remaja yang melaksanakan pemijahan hingga terjadi fertilisasi. sehabis 16-17 jam dari fertilisasi telur, telur menetas berubah menjadi laraneka macama (nauplius). Tahap naupli tersebut memakan kuning telur yang tersimpan dalam tubuhnya dan akan mengalami moulting, lalu metamorphosis berubah menjadi zoea. Zoea akan mengalami metamorfosis menjelma postlaraneka macama. Tahap postlaraneka macama ialah tahap dikala udang pernah mulai mempunyai karakteristik udang dewasa. Keseluruhan proses dari tahap nauplii sampai postlaraneka macama membutuhkan waktu sekitar 12 hari. Kemudian postlaraneka macama akan dilanjutkan ke tahap juaneka macamenil (Wyban dan Sweeney, 1991). 

0 comments:

Search

Popular Posts

Blog Archive