Home » , » Tingkatan Kualitas Bunyi Cucak Rawa

Tingkatan Kualitas Bunyi Cucak Rawa

Perlu diingat, tolok ukur tiap penggemar Cucak Rawa dalam memandang kualitas sangatlah tidak sama. Bahkan para juri kontes cucakrawa pun mempunyai pandangan yang tidak sama pula dalam mengukur kualitas bunyi Cucak Rawa

Bila kita jeli, tiap Cucak Rawa menyenandungkan kicauan yang tidak sama. Baik dari segi tempo, irama dll. Para juri kontes punya andil yang besar dalam memilih kualitas bunyi Cucak Rawa yang kemudian menyebar melalui para penggemar dari ekspresi ke ekspresi untuk kemudian pula kesannya menjadi style atau musim bunyi Cucak Rawa.
Berikut tingkatan bunyi Cucak Rawa :

a. Gedongan
Adalah kualitas yang menempati grade terendah. Disebut gedongan atau ngingklung (berasal dari kata ngelingkung/lingkungan) lantaran sudah tidak mirip umumnya Cucak Rawa yang harus mempunyai bunyi alam/hutan/murni. Kaprikornus terkesan mirip kicauan yang umum/sering kita jumpai. Biasanya Cucak Rawa gedongan ini hanya sebagai pajangan saja (sebagai penanda status sosial) sehingga perawatannya kurang baik dan kurang terperhatikan. sedangkan suaranya sudah sangat tercemar lingkungan sekitarnya. Mulai dari menirukan bunyi burung jenis lain, maupun suara-suara yang sering terdengar di lingkungannya. Kicauannya lambat dan kurang jernih serta jarang terdengar kicauannya. Biasanya burung gedongan ini yaitu burung betina yang kurang terperhatikan rawatannya.

b. Engkel
Disebut juga ngengkel, secara kualitas lebih baik dari gedongan lantaran masih tetap mempunyai bunyi khas Cucak Rawa, namun suaranya kurang tebal, mengambang atau kurang mempunyai tekanan bunyi dalam, lambat temponya. Peningkatan kualitas jenis bunyi ini hanya sanggup hingga tahap engkel panjang. Biasanya bunyi ini lebih banyak dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal kalimantan yang salah perawatan.

c. Engkel panjang/engkel ngelagu
Sebenarnya kualitasnya sudah tergolong sukup baik. Cucak Rawa ini rajin berkicau, namun seringkali hanya menonjolkan variasi-variasi panjangnya saja dan jarang berkicau dengan irama yang cepat. Biasanya dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal medan, sumsel dan jambi yang salah perawatan.

d. Semi Roppel/Semi Rovel
Kecepatan suaranya lebih sering terdengar, namun masih terdapat celah/selah atau jarak antar variasinya masih ada lubang. Selah pada lubang tersebut ada kemungkinan terisi bunyi burung Cucak Rawa yang lain. Sehingga mengesankan berpasangan.
Cucak Rawa asal sumsel, jambi dan aceh yang perawatannya baik sanggup mencapai kualitas ini

e. double slah (dari asal kata celah) (istilah/trend baru)
Istilah ini kurang terkenal dan sanggup dikatakan baru. Tingkatan bunyi ini tergolong baik, speednya dibawakan lebih sering akan tetapi masih terdapat celah yang memungkinkan bunyi Cucak Rawa lain mengikutinya.
Biasanya, bunyi ini dimiliki Cucakrawa jantan asal lampung, sumsel dan jambi. Juga banyak dimiliki Cucak Rawa betina sal medan namun dlam tempo yang sedikit lambat.

f. Roppel/rovel/ngropel
Istilah roppel/rovel/ngropel istilah asalnya belum jelas, mungkin sanggup diambil dari istilah rope/tali atau roll yang berarti bergulung. Suara jenis ini memang bercirikan bunyi yang panjang dan bergulung-gulung seakan tidak mempunyai jarak, tidak ada celah/slah diantara tiap untaian iramanya serta terdengar bervolume besar dan keras.
Suara ini banyak dimiliki oleh Cucak Rawa betina asal medan dan Cucak Rawa jantan asal lampung.

Cucak Rawa betina roppel umumnya lebih berkualitas kalau dibandingkan dengan jantan. Hal ini dikarenakan Cucak Rawa betina akan meropelkan secara murni sementara jantan walaupun ropel, namun masih mau mengicaukan bunyi jenis lain sehingga nadanya terdengar kurang murni.
Adapun kelemahan Cucak Rawa betina kurang rajin berkicau kalau dibandingkan dengan yang jantan. Terlebih bilamana yang jantan ini terpancing oleh bunyi burung pendampingnya, Cucak Rawa lain maupun dalam keadaan birahi.


sumber:kicaumania.org

0 comments:

Search

Popular Posts

Blog Archive