Home » » Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh Semoga Cepat Bertelur

Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh Semoga Cepat Bertelur

Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur - Sebelum melanjutkan posting yang ke sekian kali mengenai per-puyuh-an, perlu saya tekankan sekali lagi bahwa semua goresan pena saya semenjak pertama merupakan “murni hanya bercerita” pengalaman. Makara harap maklum kalau banyak kekurangan di sana sini terutama mengenai tata cara beternak atau budidaya burung puyuh petelur, lantaran sama sekali tidak ada dasar disiplin keilmuan peternakan khususnya ternak unggas maupun dasar pengalaman mengikuti peternak besar yang sudah maestro. Maka, sekiranya ada diantara pembaca yang mahir di bidang ternak unggas atau yang sudah lebih berpengalaman, dimohon untuk menunjukkan masukan-masukan, kritikan, maupun nasehat yang tentu akan sangat berharga buat saya.
Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur  Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur
Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur

setelah 20 hari masa pembesaran, sudah saatnya burung puyuh dipindah ke sangkar teluran. Sebenarnya 20 hari hari juga hanya patokan saja, lantaran ada yang mindahnya setelah burung puyuh berumur 25 hari atau bahkan 30 hari gres dipindah.
Pada saat memindahkan berarti juga datang saatnya untuk memberi vaksin flu burung. Penting nggak penting sumbangan vaksin ini relatif diperlukan. Ingat dengan merebaknya flu burung beberapa saat yang kemudian ternyata memang merepotkan peternak-peternak unggas.
Biaya vaksinasi cukup murah, sudah termasuk vaksin dan jasa berkisar Rp 80 ribu untuk 1000 populasi.
Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur  Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur
Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur

Masa burung puyuh berproduksi yakni masa-masa keemasan bagi peternak setelah melewati masa pembesaran yang rasanya melelahkan. Melihat telur-telur yang menggelinding di strimin sangkar penggalan depan, ada kepuasan tersendiri yang hanya dimiliki oleh sang peternak.
Seperti pepatah Cina mengatakan: lebih gampang membuka toko daripada mempertahankan supaya toko tetap buka.
Demikian juga dengan masa burung puyuh bertelur yakni masa yang cukup panjang. Banyak nantinya aral melintang dan kendala yang mengganggu si cantik-cantik ini berproduksi (mereka betina kan? Makara cantik-cantik…). Bagaimana tips supaya produksi tetap bertahan dalam hitungan “bagus” dan “memuaskan” hingga mengantar mereka untuk mengembalikan modal kita ? Nah, berikut akan saya sampaikan beberapa tips yang bersama-sama sederhana dan biasa saja. Para peternak tentu sudah biasa menjalankan, hanya mungkin tidak sempat menuliskannya.
Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur  Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur
Bagaimana Cara Merawat Burung Puyuh supaya Cepat Bertelur

Produksi telur burung puyuh sudah dalam keadaan stabil maksimal, tetapi kemudian ada penurunan produksi (beberapa ada yang bahkan cukup signifikan). Kaget itu tentu saja. Nah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi hal yang demikian adalah:
1. Burung puyuh sering dalam keadaan kelaparan.
Wah, sebaiknya jangan terlalu menerapkan prinsip ekonomi dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Jatah sumbangan pakan memang dibutuhkan untuk mengatur pengeluaran. Tapi pembatasan yang berlebihan demi untuk penghematan tentu akan dibalas juga dengan penghematan produksi telur. Sayang kan ?!
2. Rumah induk yang terlalu gelap.
Burung puyuh suka dengan cahaya terang. Maka sumbangan lampu sebaiknya siang dan malam. Salah satunya saya buktikan di beberapa sangkar adanya pemusatan telur mengumpul di satu sisi yang paling terang. Tapi sanggup saja apabila penerangan kurang memadai, burung puyuh akan jarang makan, sehingga otomatis produksi telurnya juga jarang.
3. Periksa keadaan lingkungan.
Terutama dengan suara-suara yang mengagetkan. Biasanya akan besar lengan berkuasa dan menciptakan stres sehingga produksi menurun. Kejadian ini juga sanggup dikarenakan saat rutinitas “nimpal” atau membersihkan kotoran jaga jangan burung-burung puyuh ini “grobyakan”, apalagi yang berlebihan. Untuk ini ada vitamin yang perlu diberikan untuk mengantisipasi hal-hal yang demikian, yaitu vitamin ANTISTRES.
4. Perubahan cuaca dan iklim.
Biasanya dalam masa pancaroba hawa terasa kurang nyaman. Burung-burung puyuh seakan juga mencicipi hal yang sama. Apabila produksinya menurun saat pergantian ekspresi dominan (pancaroba), berarti burung puyuh memang sedang tidak yummy badan. Selain sumbangan antistres dan vitamin C selama tiga hari berturut-turut, untuk memberi energi pada sore harinya perlu juga sumbangan gula pasir untuk minum. Dosis sumbangan gula pasir ialah satu sendok makan untuk 10 liter air (tentu diencerkan terlebih dahulu di air panas).
5. Pemberian obat perangsang telur.
Banyak manfaat dari obat perangsang telur ini. Selain merangsang produksi, juga memperbaiki keadaan telur supaya tidak terlalu kecil atau kerabang tipis. Tapi segera hentikan kalau sudah terlalu banyak telur yang besarnya di luar ukuran biasa.
6. Periksa kebersihan kawasan minum.
Kalau kawasan minum sudah terlalu kotor, biasanya burung puyuh jadi agak enggan meminumnya. Otomatis produksi ikut menurun.
7. Rumah induk terlalu pengap.
Karena khawatir kedinginan, kadang ada yang menutup rapat-rapat rumah induk. Ini tidak baik. Seperti kita juga tidak akan sehat tinggal di rumah yang tidak berventilasi. Maka beri angin-angin yang menyegarkan hawa di dalam rumah induk. Beri suasana yang nyaman dengan sirkulasi udara yang cukup untuk burung puyuh tersayang.
8. Adanya penyakit yang menyerang.
Penurunan produksi yang signifikan sanggup dikarenakan ternyata burung puyuh sedang terjangkit penyakit. Tentu memanggil dokter PT Peksi Gunaraharja yakni solusinya. Atau sebelumnya diberi obat “trimecyne” dulu apabila terlihat burung-burung puyuh dalam keadaan layu, pucat, dan kotoran yang jelek (berak putih atau berak hijau). Untuk yang ini saya tidak sanggup menceritakan lebih lanjut, lantaran hanya berdasar mendengarkan keterangan dan pengalaman peternak lain. Penulis jangan mengalaminya ya……… hehehe.
9. Terus menerus produksi menurun atau bahkan berhenti dibarengi dengan banyak janjkematian yang di atas normal. Padahal sudah ditangani dokter PT. Solusinya hanya satu; segera saja diapkirkan. Beres.
Jika segala perjuangan mempertahankan produksi telur sudah dilakukan dan ternyata tidak juga meningkat. Bisa jadi itu merupakan penurunan yang wajar; apabila seiring dengan berkurangnya populasi setelah jangka waktu yang berjalan.
Berkurangnya populasi yang masuk akal sanggup ditandai dengan ukuran standar kematian. Ukuran janjkematian ini sejumlah 0,8 ekor per-hari per-1000 populasi. Itu normal (apabila janjkematian di bawah 0,8 ekor, berarti bagus).

Kalau keadaan populasinya memang sudah berkurang, untuk tetap menstabilkan penghasilan, maka jatah pakan juga sudah saatnya untuk dikurangi, Praktis kan.

0 comments:

Search

Popular Posts

Blog Archive